Materi S2C : Selasa, 15 September 2015       Durasi: 20 Menit

Nats          : Kisah Para Rasul 3:1-10

Tema         : Ciri Mental Pengemis bagian 2

PENDAHULUAN.

mental pengemis bag 2Hari ini kita akan melanjutkan pembahasan tentang mental pengemis bagian ke- 2. Sesuai dengan pembacaan kita hari ini, bahwa pertemuan dengan Yesus, melalui hambaNya Petrus, telah mengubah hidup pengemis tersebut. Artinya Allah tidak menghendaki umatNya yang percaya kepadaNya, hidup sebagai pengemis yang tidak memiliki otoritas KerajaanNya. Adapun mental pengemis selanjutnya adalah sebagai berikut:

KALIMAT KUNCI (KAL_KUN): Ciri Mental pengemis, seperti:

  1. Hidup tidak teratur

Paulus menasehati untuk menegur orang yang hidupnya tidak tertib dan yang tidak mau bekerja (1Tes 5:14; 2 Tes 3:11 ). Nasehat dan teguran yang Paulus berikan bukan omong kosong. Sebab Rasul Paulus sendiri mempraktekkan apa yang diajarkannya (2 Tes 3:8, 12). Meskipun kadang-kadang lapar, tidak mempunyai rumah, dan hampir tidak berpakaian, para Rasul berjerih lelah, ’bekerja dengan tangan mereka sendiri, malam dan siang, supaya tidak menjadi beban bagi orang lain’ (1Kor 4:11-12; 1Tes 2:9) Bagi orang Kristen berlaku standar, ”Jika seseorang tidak mau bekerja, biarlah ia tidak makan.”—2Tes 3:10-12. Prinsipnya ialah anak Tuhan harus menjadi teladan dalam mengelola keuangan dan mencukupi kebutuhannya sehari-hari. Berbeda dengan ciri mental pengemis, walaupun berulang kali ditertibkan, namun mereka tidak mau hidup tertib. Hidup semaunya, tidak fokus sehingga mereka tidak berhasil.

  1. Tidak mau berubah

Mental pengemis selanjutnya adalah tidak mau berubah (seperti pintu berputar pada engselnya, Ams.26:14 yang berputar-putar di situ saja). Lihat pada pengemis yang lumpuh, mengalami perubahan hidup setelah berjumpa dengan Petrus (KPR 3:6). Pengemis yang lumpuh itu memang membutuhkan uang. Tetapi Petrus melihat bahwa sesungguhnya yang paling dibutuhkannya adalah kesembuhan. Karena Rasul Petrus tahu dengan pasti, bahwa kelumpuhanlah yang menjadikan orang itu pengemis. Tentu harapannya adalah ketika orang itu sembuh, ia berhenti menjadi pengemis, sehingga hidupnya tidak menjadi beban bagi orang lain. Hidupnya mengalami perubahan yang total. Mental pengemis membuat seseorang hidup merasa nyaman, karena hanya dengan hanya meminta-minta, tidak perlu lagi kerja keras sudah mendapatkan keinginannya. Enggan berubah, itulah salah satu mental pengemis.

  1. Merasa tidak mampu

Sikap mental pengemis selanjutnya adalah merasa tidak mampu, daya juang yang rapuh, semangat yang gampang pudar, mengukur kapasitas diri terlalu kecil dan cenderung memandang kepada besarnya masalah atau tantangan seringkali membuat orang menyerah sebelum bertanding. Ams.26:15 “si pemalas hanya untuk mengembalikan tangannya ke mulutnya, ia sudah merasa tidak mampu, apalagi pekerjaan lain? Oleh karena itu kita memerlukan sebuah mental baja yang tidak kenal takut. Sebuah mental yang kuat akan sulit dibangun dengan mengandalkan kekuatan dan kemampuan sendiri, tetapi akan bisa tumbuh jika kita berpusat kepada Allah yang punya kuasa melebihi segalanya.

Kesimpulan. Sebagai jemaat yang berotoritas Raja, hendaknya tidak ada mental pengemis dalam hidup kita, seperti: 1). Hidup meminta-minta, 2). Berharap pada manusia (pemberian), 3). Tidak mau bekerja keras, 4). Hidup tidak tertib/teratur, 5). Tidak mau berubah serta 6). Merasa tidak mampu. Amin. Berilah ilustrasi/kesaksian untuk aplikasi!

Write a comment:

You must be logged in to post a comment.

Loading...