Materi S2C  : Selasa, 25 September 2018       Durasi: 20 Menit

Nats           : Amsal 11:24

Tema         : Revolusi Mental

 PENDAHULUAN.

Arti dari ‘Revolusi’ adalah sebuah perubahan yang dilakukan dengan cepat dan biasanya menuju kearah lebih baik. Beda dengan evolusi, yang mana perubahannya berlangsung lambat.

‘Mental’ memiliki arti yang berhubungan dengan watak dan batin manusia. Adapun istilah mentalitas menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) bermakna aktivitas jiwa, cara berpikir, dan berperasaan. Mental atau mentalitas adalah cara berpikir atau kemampuan berpikir, belajar dan merespons terhadap situasi atau kondisi.

Amsal 11:24 “Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan. Orang bermental miskin dan diberkati terletak pada cara mereka memperlakukan uang. Orang bermental miskin selalu ingin meminta dan menyimpan, sedangkan mereka yang bermental diberkati, selalu ingin memberi dan berbagi. Miskin harta tidak boleh menjadi alasan untuk meminta-minta. Peminta-minta adalah penyakit mental yang menganggap dirinya selalu kekurangan. Penyakit ini semakin parah jika sudah terbentuk kesimpulan bahwa orang lain harus bertanggung jawab pada kemiskinannya. Sebagai bentuk tanggung jawabnya maka orang lain harus selalu memberi setiap dia meminta.

 

KALIMAT KUNCI (KAL_KUN):  Teladan Revolusi Mental!

  1. Simon Petrus- Mat. 17:24-27

Ketika Tuhan Yesus dan murid-murid-Nya ditagih oleh pemungut bea Bait Allah, sesungguhnya Ia berhak untuk menolak pungutan tersebut. Argumennya adalah karena Yesus dan murid-murid-Nya adalah warga dari Kerajaan Allah. Mereka seharusnya dibebaskan dari pungutan tersebut.

Sekalipun Tuhan Yesus bisa berargumen untuk mengelak membayar pajak tersebut, Ia menyadari bahwa tindakan tersebut dapat menjadi batu sandungan- Mat.17:27. Jadi, Yesus mengajarkan pada Petrus untuk bersedia membayar bea Bait Allah untuk diri-Nya dan murid-murid-Nya. Petrus mengalami revolusi mental dari “tidak mau membayar” (merasa tidak mampu, tidak wajib) menjadi “mau membayar” (bekerja, berusaha)-Mat. 17:24-27.

Petrus tidak perlu kuatir, petrus hanya perlu bekerja dan berusaha untuk membayar seperti yang di perintahkan Yesus “Pergilah memancing ke danau”  – Mat. 17:27. Bayarlah apa yang menjadi kewajiban kita sekalipun kita merasa dirugikan, hal itu tidak membuat kita miskin. Jauhilah mental miskin! Orang Kristen perlu menjalankan kewajibannya dan tidak mangkir atau lari dari tanggungjawab serta tetap berusaha atau bekerja.

 

  1. Janda Miskin- Lukas 21:1-4

Janda ini menyadari bahwa dia bukan orang miskin. Apa buktinya? Dilihat dari responsnya memperlakukan uang. Firman Tuhan katakan meski si janda itu hanya memiliki uang dua peser, dia tidak takut MEMBERI seluruh nafkahnya-Luk.21:4.

Mental yang baik adalah keharusan bagi semua orang. Bayangkan saja, seseorang yang tidak punya memiliki iman dalam hidupnya, bagaimana ia akan hidup? Sedang kehidupan ini menyuguhkan kita dengan beraneka ragam permasalahan. Namun, bagi seseorang yang memiliki sikap “Kaya Mental” setiap kali menghadapi situasi tersebut tidak akan menyerah. Sebaliknya, mereka yang memiliki sikap “Miskin Mental”, saat menghadapi situasi yang mudah pun, akan melihatnya teramat sulit.

 

Kesimpulan.  Buanglah mental miskin. Merasa kita selalu kekurangan. Lebih memilih berharap pada belas kasihan manusia ketimbang belas kasihan Tuhan. Mari kita gantikan mental pengemis dengan mental Kerajaan Allah. Hidup menjadi berkat dan  bukan menjadi batu sandungaan bagi orang.  Amin. Berilah ilustrasi/kesaksian untuk aplikasi.

Loading...