Materi S2C  : Selasa, 18 September 2018       Durasi: 20 Menit

Nats           : Galatia 4:9; Amsal 6:6-11

Tema         : Mental Pengemis

PENDAHULUAN. 

          Mental pengemis tidak berbicara tentang subjek atau orangnya, melainkan mental pengemis tepatnya adalah mental yang selalu resah harta, selalu merasa kurang, dan selalu kuatir dengan masa depan. Kata “resah” menjadi kunci di sini. Mental “resah” inilah yang diyakini telah menjadikan banyak orang memiliki mental pengemis. Mental ini tidak bergantung pada harta, kelas, profesi, usia, jenis kelamin,  atau jabatan. Artinya karena ini menyangkut  mental, maka  miskin dan kaya sama-sama bisa memiliki mental pengemis.

Demikianlah mental pengemis, yang sering memicu masalah. Berarti, gemar meminta-minta itu jelas faktor mental, bukan faktor miskin atau kaya. Mental pengemis ini amat rentan menimbulkan banyak masalah. Akan lebih bermasalah lagi jika ia berkolaborasi dengan mental serakah. Maka yang terjadi kemudian, banyak orang berkelimpahan harta, dengan gaji dan fasilitas yang memadai, masih gemar meminta-minta, bahkan menghalalkan segala cara.

KALIMAT KUNCI (KAL_KUN): Mental Pengemis!

  1. Mental pengemis adalah sikap yang suka meminta-minta

Kata miskin dalam bahasa Yunani adalah ptochos, yang diambil dari akar kata pipto. Arti kata ini adalah suka meminta-minta, tidak berdaya, turun dari atas ke bawah, mandul atau tidak menghasilkan, dan ketakutan. Yang dimaksud dengan mental pengemis adalah mental yang suka meminta-minta. Orang yang memiliki mental pengemis hanya bisa meminta serta mengharapkan belas kasihan orang lain, tetapi ia sendiri tidak mau bekerja. Akar dari mental pengemis ini tidak lain  adalah kemalasan. Ada orang yang ingin mendapatkan uang atau barang yang ia inginkan, tetapi malas bekerja, malas berusaha. Ia memilih cara yang lebih gampang, yaitu meminta-minta. Mental mengemis lahir dari rasa malas. Malas untuk bergerak dan berusaha. Berusaha untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan keluarga lebih baik dan mulia dibandingkan bermalas-malasan atau mengandalkan pemberian orang lain.

Sebagai hamba Tuhan, janganlah kita merusak citra diri dan pelayanan kita dengan membiasakan diri menjadi peminta-minta. Firman Tuhan mengingatkan agar kita bekerja, sehingga dengan demikian memakan makanan kita sendiri -2Tes 3:12.

 

  1. Mental pengemis adalah sikap yang selalu merasa “kurang”

Mental miskin adalah sekalipun memiliki uang yang banyak tapi merasa kurang terus. Menurut bahasa Ibrani dan Yunani, kata “miskin” bukan hanya berbicara mengenai kondisi tanpa uang, melainkan juga kondisi pikiran yang selalu merasa kekurangan. Para koruptor pada dasarnya adalah orang-orang yang memiliki banyak uang, tetapi di dalam pikirannya, mereka selalu berkekurangan. Itu sebabnya mereka korupsi. Mental miskin ini bukan hanya dimiliki oleh orang-orang yang tidak memiliki uang, tetapi juga oleh orang yang memiliki banyak uang.

Sebelum seseorang miskin di dalam kehidupannya, mereka terlebih dahulu miskin di dalam pikirannya. Mereka berpikir bahwa mereka adalah orang yang kekurangan dan cara cepat untuk kaya adalah dengan mengambil milik orang lain.

 

Kesimpulan. Belajar dari Lukas 21:2-4 Yesus melihat seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu. Lalu Ia berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu. Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya.” Hanya orang yang percaya kepada janji Tuhan yang dapat melakukan tindakan iman seperti itu- baca juga -1 Raja-raja 17:9-16; Maz. 68:5-7; Maz.146:9. Buanglah mental pengemis, gantikan dengan mental Kerajaan Allah. Amin. Berilah ilustrasi/kesaksian untuk aplikasi!

Loading...