Materi S2C : Selasa, 23 April 2019 Durasi: 20 Menit
Nats : Galatia 6:1-10
Tema : Cara berhenti menjadi pengkritik dan
belajar menjadi pendukung dalam keluarga
PENDAHULUAN.
Selasa ini kita akan belajar tentang Pilar 1 – Keluarga yang berpola keluarga Allah point kesembilan: Saling memberi dukungan positif.
“Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan.”- Gal.6:1.
Sesungguhnya, menyampaikan kritik yang membangun merupakan hal yang biasa dan sulit dilakukan, karena orang lebih suka mendengar hal-hal yang baik saja. Orang menutup telinganya atas kritik, sekalipun bermanfaat untuk meningkatkan kepribadiannya. Atas dasar pertimbangan di atas, maka sekurang-kurangnya ada dua hal yang perlu kita perhatikan agar tidak jatuh pada kecenderungan menjadi hakim bagi orang lain. Kedua hal tersebut ialah sebagai berikut:
KALIMAT KUNCI (KAL_KUN): Cara berhenti menjadi pengkritik dan belajar menjadi pendukung dalam keluarga!
- Berfokus pada kritik yang bersifat membangun dan bukan kritik yang menghancurkan.
Secara garis besar ada dua jenis kritikan yaitu yang bersifat membangun dan yang sifatnya menghancurkan. Kritikan yang membangun umumnya dilakukan oleh orang-orang yang begitu peduli kepada kita atau sahabat-sahabat yang begitu tulus mengasihi kita. “Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi.” –Ams.27:5, sebab “…teguran yang mendidik itu jalan kehidupan,”-Ams.6:23. Orang yang tulus hati akan mengkritik dengan tujuan memotivasi dan membangun, sehingga ia juga akan memberi solusi. Sementara kritikan yang menghancurkan adalah yang semata-mata bertujuan untuk melemahkan. Kritikan ini cenderung menghakimi dan mencari-cari kesalahan orang lain. Inilah yang seringkali terjadi: kita mengkritik orang lain, membesar-besarkan kelemahan dan kekurangan mereka dan bahkan mempermalukannya di depan banyak orang.
Kritikan yang melemahkan juga dialami Daud. Ia dikritik dan diremehkan oleh kakaknya dan juga oleh Saul “Tidak mungkin engkau dapat menghadapi orang Filistin itu untuk melawan dia, sebab engkau masih muda, sedang dia sejak dari masa mudanya telah menjadi prajurit.”-1Sam.17:3-30. Untunglah Daud memiliki penguasaan diri dan rendah hati, sehingga ketika dikritik ia tidak pernah patah arang dan kecewa, melainkan menyikapinya dengan positif. Andai Daud sakit hati, mungkin ia akan bergegas pulang dan ia pun tidak beroleh kesempatan untuk mendemonstrasikan kuasa Tuhan di hadapan Goliat!
- Menyelidiki motivasi kita pada saat mengkritik
Apa motivasi Miryam dan Harun kedua kakaknya pada saat mengkritik Musa? kita tahu bahwa mereka digerakan oleh iri hati-Bil. pasal 12. Ternyata Tuhan tidak hanya selalu berurusan dengan hal-hal yang kelihatan sebab Ia juga menyediakan diriNya untuk berurusan dengan hal-hal yang tersembunyi dari penggerak diri kita maupun kritik kita, yaitu motivasi kita.
Nekatnya kita selalu menganggap bahwa Tuhan tidak peduli dengan motivasi kita, sehingga kita sering lebih kelihatan pahlawan dengan motivasi jahat. Motivasinya baik maka akan berakhir dengan baik dan sebaliknya, namun hanya waktulah yang menjadi pembuktiannya. Kita juga sering melakukan hal ini, kritik-kritiknya kita sering didasari motivasi buruk yang hanya Tuhan-lah yang tahu hal itu. Berilah ilustrasi/kesaksian untuk aplikasi!
KESIMPULAN. Berhentilah mengkritik yang memiliki memotivasi menghancur. Melainkan berfokuslah pada kritik yang membangun dan memiliki motivasi yang baik. Amin.