Materi S2C : Selasa, 04 September 2018 Durasi: 20 Menit
Nats : 2 Tesalonika 3:1-15
Tema : Otoritas untuk Mengubah Mental Pengemis
PENDAHULUAN.
Bulan ini kita akan mempelajari intisari pilar IX (9) Keluarga Imamat Rajani, yaitu menjadikan Jemaat yang berotoritas dengan Prinsip Imamat, point pertama : “Otoritas untuk mengubah mental Pengemis”. Kata ”mengemis” dapat berarti meminta atau memohon, yang dibahas di sini terutama adalah mengemis dalam arti mempunyai kebiasaan meminta-minta sedekah kepada umum.
KALIMAT KUNCI (KAL_KUN): Otoritas untuk Mengubah Mental Pengemis!
- Perhatikan Nasehat Paulus “Makan makanannya sendiri”-2Tes. 3:12.
Pesan Paulus berulang-ulang agar kita tidak bermental pengemis. Tidak menutup kemungkinan bahwa ada sebagian orang yang tidak bisa melakukan apa-apa lagi padahal ia membutuhkan makan setiap hari. Mau tidak mau mereka terpaksa mengemis. Di tengah kondisi dunia yang sulit seperti ini hal seperti itu mungkin saja terjadi. Tetapi kita tidak bisa menutup mata bahwa ada banyak pula orang yang seharusnya mampu melakukan sesuatu tetapi mereka malas untuk itu melakukan pekerjaan. Mereka lebih suka pergi ke saudara atau teman-temannya untuk meminta. Mereka tidak mau repot dan lebih memilih cara yang gampang atau instan. Inilah yang disebut dengan mental pengemis. Dan mental seperti ini seharusnya tidak menjadi bagian dari gaya hidup kita.
Karena itulah Paulus pun bisa berkata keras kepada jemaat yang hidup malas-2 Tes.3:10. Bekerja merupakan hal yang mutlak untuk dilakukan oleh manusia. Janji berkat dari Tuhan dalam Ulangan 28:1-14 pun diarahkan kepada berkat-berkatNya yang turun atas pekerjaan kita, dan bukan memberikan sesuatu secara instan. Salah satu alasannya jelas, Tuhan tidak menginginkan kita tumbuh dengan mental pengemis. Peringatan Paulus di atas mengacu kepada sikap sebagian jemaat yang lebih memilih untuk tidak bekerja tapi malah sibuk melakukan hal-hal yang tidak berguna-2 Tes. 3:11.
- Perhatikan Nasehat Paulus “dengan tanganku sendiri aku telah bekerja” – 2 Tes.3:7-8
Paulus melakukan segalanya demi mewartakan Kerajaan Allah kemanapun ia pergi tanpa mempedulikan lagi kenyamanannya, bahkan nyawanya. Ia tidak mau meminta-minta melainkan tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhannya maupun rekan se pelayanannya-Kis.20:34-35. Ia tidak meminta kepada Tuhan untuk nafkah hidupnya, ia pun tidak meminta kepada orang lain. Ia bekerja dengan tenaga atau tangannya sendiri, dan nyatalah bahwa mental pengemis bukan menjadi bagian dari sikap Paulus.
Paulus memberikan sebuah alasan lagi bagi kita untuk bekerja, yaitu agar kita mampu memberi kepada mereka yang membutuhkan. Ketika berkat-berkat Tuhan turun atas pekerjaan kita, semua itu bukanlah untuk disimpan dan dipergunakan sendiri saja. Ada kewajiban kita juga untuk memberi kepada orang lain, dan hal ini juga jangan dilupakan – Ef.4:28
Bekerja keras melakukan pekerjaan yang baik dengan tangan sendiri, seperti itulah yang seharusnya dilakukan oleh anak-anak Tuhan. Bukan hanya menunggu diberi dan mengharapkan belas kasihan orang lain. Tuhan menuntut keseriusan dalam bekerja, bukan hanya untuk kita sendiri atau pimpinan, tetapi secara spesifik Tuhan pun menuntut kita untuk memberi yang terbaik seperti kita melakukannya untuk Tuhan-Kol.3:23.
Kesimpulan. Selagi masih bisa, selagi masih ada waktu dan kesempatan, selagi masih diberikan kemampuan, tenaga dan pikiran, marilah kita menjadi pekerja-pekerja yang tangguh. Tuhan akan dengan senang hati memberkati apapun yang kita lakukan dengan sungguh-sungguh untuk Dia-Pkh.9:10. Amin. Berilah ilustrasi/kesaksian untuk aplikasi!